Kamis, 09 Juni 2011

Narsis Termasuk Gangguan Kepribadian


Narsis Termasuk Gangguan Kepribadian
Written by Virya Carvalho
Pernahkah Anda narsis?  Di hadapan teman-teman Anda mungkin, atau sang
pacar barangkali? Narsis  ternyata juga masuk dalam gangguan kepribadian.
Tepatnya gangguan kepribadian narsistik . Anda boleh tidak percaya dan
barangkali, memang perlu sebuah bukti ilmiahnya.
Bagi orang psikologi, pasti tidak asing lagi dengan yang namanya Buku pegangan
PPDGJ dan DSM IV-TR. Dalam buku tersebut dijelaskan, adanya aksis II yaitu
gangguan kepribadian. Diantara sekian macam gangguan kepribadian, ternyata
terdapat satu gangguan yang mungkin seseorang tidak menyadari akan adanya
gangguan tersebut dalam dirinya. Yaitu narcissistic personality disorder
(gangguan kepribadian narsistik).
Dalam buku Essentials Abnormal Psychology karya V. Mark Durand dan David H.
Barlow, dijelaskan bahwa gangguan kepribadian narsistik adalah gangguan yang
melibatkan pola pervasive dari grandiosities dalam fantasi atau perilaku;
membutuhkan pujian dan kurang memiliki empati.
Orang-orang yang menilai “tinggi” dirinya sendiri – bahkan melebih-lebihkan
kemampuan riil mereka dan menganggap dirinya berbeda dengan orang lain,
serta pantas menerima perlakuan khusus, merupakan perilaku yang sangat
ekstrem.
Dalam mitologi Yunani, Narcissus adalah seorang pemuda yang menolak cinta
Echo dan sangat terpesona dengan keelokannya sendiri. Ia menghabiskan
waktunya untuk mengagumi bayangan dirinya yang tercermin di danau. Para
psikoanalis, termasuk Freud, menggunakan istilah narcissistic untuk
mendeskripsikan orang-orang yang menunjukkan bahwa dirinya orang penting
secara berlebih-lebihan dan yang terokupasi dengan keinginan mendapatkan
perhatian (Cooper dan Ronningstam, 1992).
Deskripsi Klinis
1 / 3


Narsis Termasuk Gangguan Kepribadian
Written by Virya Carvalho
Penderita gangguan kepribadian narsistik memiliki perasaan yang tidak masuk
akal bahwa dirinya orang penting dan sangat terokupasi dengan dirinya sendiri
sehingga mereka tidak memiliki sensivitas dan tidak memiliki perasaan iba
terhadap orang lain (Gunderson, Ronningstam, dan Smith, 1995). Mereka
membutuhkan dan mengharapkan perhatian khusus. Mereka juga cenderung
memanfaatkan dan mengeksploitasi orang lain bagi kepentingannya sendiri serta
hanya sedikit menunjukkan sedikit empati. Ketika dihadapkan pada orang lain
yang sukses, mereka bisa merasa sangat iri hati dan arogan. Dan karena mereka
sering tidak mampu mewujudakan harapan-harapannya sendiri, mereka sering
merasa depresi.
Menurut DSM IV-TR, kriteria gangguan kepribadian narsistik yaitu, pandangan
yang dibesar-besarkan mengenai pentingnya diri sendiri, arogansi, terfokus pada
keberhasilan, kecerdasan, kecantikan diri, kebutuhan ekstrem untuk dipuja,
perasaan kuat bahwa mereka berhak mendapatkan segala sesuatu,
kecenderungan memanfaatkan orang lain, dan iri kepada orang lain.
Penyebab dan Penanganan
Beberapa penulis, termasuk Kohut (1971, 1977), percaya bahwa gangguan
kepribadian narsistik muncul dari kegagalan meniru empati dari orang tua pada
masa perkembangan awal anak. Akibatnya, anak tetap terfiksasi di tahap
perkembangan grandiose. Selain itu, anak (dan kelak setelah dewasa) menjadi
terlibat dalam pencarian, yang tak berkunjung dan tanpa hasil, figure ideal yang
dianggapnya dapat memenuhi kebutuhan empatiknya, yang tak pernah terpenuhi.
Treatment research sangat terbatas, baik dalam hal jumlah studi maupun laporan
tentang kesuksesannya (Groopman dan Cooper, 2001). Bila terapi dicobakan
pada individu-individu ini, terapi itu sering kali difokuskan pada grandiositas,
hipersensivitas terhadap evaluasi orang lain, dan kekurangan empati terhadap
orang lain (Beck dan Freeman, 1990). Terapi kognitif diarahkan pada usaha
mengganti fantasi mereka dengan focus pada pengalaman sehari-hari yang
menyenangkan, yang memang benar-benar dapat dicapai. Strategi coping seperti
2 / 3


Narsis Termasuk Gangguan Kepribadian
Written by Virya Carvalho
latihan relaksasi digunakan untuk membantu mereka mengahadapi dan menerima
kritik. Membantu mereka untuk memfokuskan perasaannya terhadap orang lain
juga menjadi tujuannya. Karena penderita gangguan ini rentan mengalami
episode-episode depresif, terutama pada usia pertengahan, penanganan sering
dimulai untuk mengatasi depresinya. Tetapi, mustahil untuk menarik kesimpulan
tentang dampak penanganan semacam itu pada gangguan kepribadian narsistik
yang sesungguhnya.
Sumber Tulisan:
Anonim. 2009. Handout Psikologi : Gangguan Kepribadian. Yogyakarta: Tidak
diterbitkan
Durand, V. Mark dan David H. Barlow. 2006. Essentials Abnormal Psychology.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kartono, Dr. Kartini dan Dali Gulo.2003. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya
Muslim, Dr. Rusdi Editor. 2002. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta: Tidak Ada Penerbit
3 / 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar